Minggu, 09 Desember 2012

BIOGRAFI SINGKAT PRAMOEDYA ANANTA TOER

Pramoedya dilahirkan di Blora, di jantung Pulau Jawa, pada 1925 sebagai anak sulung dalam keluarganya. Ayahnya ialah guru dan ibunya ialah pedagang nasi. Ia meneruskan pada Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya dan bekerja sebagai juru ketik untuk surat kabar Jepang di Jakarta selama pendudukan Jepang di Indonesia.

Pada masa kemerdekaan Indonesia, ia mengikuti kelompok militer di Jawa dan seringkali ditempatkan di Jakarta di akhir perang kemerdekaan. Ia menulis cerpen dan buku sepanjang karir militernya dan dipenjara Belanda di Jakarta pada 1948 dan 1949. Pada 1950-an ia sanggup tinggal di Belanda sebagai bagian program pertukaran budaya, dan saat kembalinya ia menjadi anggota Lekra, organisasi sayap kiri di Indonesia. Gaya penulisannya berubah selama masa itu, sebagaimana yang ditunjukkan dalam karyanya Korupsi, fiksi kritik pada pamong praja yang jatuh di atas perangkap korupsi. Ini menciptakan friksi antara dia dan pemerintahan Soekarno.
Hoakiau di Indonesia
Selama masa itu, ia mulai mempelajari penyiksaan terhadap Tionghoa Indonesia, dan pada saat yang sama mulai berhubungan erat dengan para penulis di China. Khususnya, ia menerbitkan rangkaian surat menyurat dengan penulis Tionghoa yang membicarakan sejarah Tionghoa di Indonesia, berjudul Hoakiau di Indonesia. Ia merupakan kritikus yang tak mengacuhkan pemerintahan Jawa-sentris pada keperluan dan keinginan dari daerah lain di Indonesia, dan secara terkenal mengusulkan bahwa mesti dipindahkan ke luar Jawa. Pada 1960-an ia ditahan pemerintahan Soeharto karena pandangan pro-Komunis Chinanya. Bukunya dilarang dari peredaran, dan ia ditahan tanpa pengadilan di Nusakambangan di lepas pantai Jawa, dan akhirnya di pulau-pulau di sebeluah timur Indonesia.
Selain pernah ditahan selama 3 tahun pada masa kolonial dan 1 tahun pada masa Orde Lama, selama masa Orde Baru Pramoedya merasakan 14 tahun ditahan sebagai tahanan politik tanpa proses pengadilan: 13 Oktober 1965 - Juli 1969, Juli 1969 - 16 Agustus 1969 di Pulau Nusakambangan, Agustus 1969 - 12 November 1979 di Pulau Buru, November - 21 Desember 1979 di Magelang .
Ia dilarang menulis selama masa penahanannya di Pulau Buru, namun tetap mengatur untuk menulis serial karya terkenalnya yang berjudul Bumi Manusia, serial 4 kronik novel semi-fiksi sejarah Indonesia. Tokoh utamanaya Minke, bangsawan kecil Jawa, dicerminkan pada pengalamannya sendiri. Jilid pertamanya dibawakan secara oral pada para kawan sepenjaranya, dan sisanya diselundupkan ke luar negeri untuk dikoleksi pengarang Australia dan kemudian diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Indonesia.
Pramoedya dibebaskan dari tahanan pada 21 Desember 1979 dan mendapatkan surat pembebasan secara hukum tidak bersalah dan tidak terlibat G30S, tapi masih dikenakan tahanan rumah di Jakarta hingga 1992, serta tahanan kota dan tahanan negara hingga 1999, dan juga wajib lapor satu kali seminggu ke Kodim Jakarta Timur selama kurang lebih 2 tahun.
Selama masa itu ia menulis Gadis Pantai, novel semi-fiksi lainnya berdasarkan pengalaman neneknya sendiri. Ia juga menulis Nyanyi Sunyi Seorang Bisu (1995), otobiografi berdasarkan tulisan yang ditulisnya untuk putrinya namun tak diizinkan untuk dikirimkan, dan Arus Balik (1995).
Kontroversi
Ketika Pramoedya mendapatkan Ramon Magsasay Award, 1995, diberitakan sebanyak 26 tokoh sastra Indonesia menulis surat 'protes' ke yayasan Ramon Magsasay. Mereka tidak setuju, Pramoedya yang dituding sebagai "jubir sekaligus algojo Lekra paling galak, menghantam, menggasak, membantai dan mengganyang" di masa demokrasi terpimpin, tidak pantas diberikan hadiah dan menuntut pencabutan penghargaan yang dianugerahkan kepada Pramoedya.
Tetapi beberapa hari kemudian, Taufik Ismail sebagai pemrakarsa, meralat pemberitaan itu. Katanya, bukan menuntut 'pencabutan', tetapi mengingatkan 'siapa Pramoedya itu'. Katanya, banyak orang tidak mengetahui 'reputasi gelap' Pram dulu. Dan pemberian penghargaan Magsasay dikatakan sebagai suatu kecerobohan. Tetapi di pihak lain, Mochtar Lubis malah mengancam mengembalikan hadiah Magsasay yang dianugerahkan padanya di tahun 1958, jika Pram tetap akan dianugerahkan hadiah yang sama.
Lubis juga mengatakan, HB Yassin pun akan mengembalikan hadiah Magsasay yang pernah diterimanya. Tetapi, ternyata dalam pemberitaan berikutnya, HB Yassin malah mengatakan yang lain sama sekali dari pernyataan Mochtar Lubis.
Dalam berbagai opini-opininya di media, para penandatangan petisi 26 ini merasa sebagai korban dari keadaan pra-1965. Dan mereka menuntut pertanggungan jawab Pram, untuk mengakui dan meminta maaf akan segala peran 'tidak terpuji' pada 'masa paling gelap bagi kreativitas' pada jaman demokrasi terpimpin. Pram, kata Mochtar Lubis, memimpin penindasan sesama seniman yang tak sepaham dengannya.
Sementara Pramoedya sendiri menilai segala tulisan dan pidatonya di masa pra-1965 itu tidak lebih dari 'golongan polemik biasa' yang boleh diikuti siapa saja. Dia menyangkal terlibat dalam pelbagai aksi yang 'kelewat jauh'. Dia juga merasa difitnah, ketika dituduh ikut membakar buku segala. Bahkan dia menyarankan agar perkaranya dibawa ke pengadilan saja jika memang materi cukup. Kalau tidak cukup, bawa ke forum terbuka, katanya, tetapi dengan ketentuan saya boleh menjawab dan membela diri, tambahnya.
Semenjak Orde Baru berkuasa, Pramoedya tidak pernah mendapat kebebasan menyuarakan suaranya sendiri, dan telah beberapa kali dirinya diserang dan dikeroyok secara terbuka di koran.
Multikulturalis
Pramoedya telah menulis banyak kolom dan artikel pendek yang mengkritik pemerintahan Indonesia terkini. Ia menulis buku Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer, dokumentasi yang ditulis dalam gaya menyedihkan para wanita Jawa yang dipaksa menjadi wanita penghibur selama masa pendudukan Jepang. Semuanya dibawa ke Pulau Buru di mana mereka mengalami kekerasan seksual, mengakhiri tinggal di sana daripada kembali ke Jawa. Pramoedya membuat perkenalannya saat ia sendiri merupakan tahanan politik di Pulau Buru selama masa 1970-an.
Banyak dari tulisannya menyentuh tema interaksi antarbudaya; antara Belanda, kerajaan Jawa, orang Jawa secara umum, dan Tionghoa. Banyak dari tulisannya juga semi-otobiografi, di mana ia menggambar pengalamannya sendiri. Ia terus aktif sebagai penulis dan kolumnis. Ia memperoleh Hadiah Ramon Magsaysay untuk Jurnalisme, Sastra, dan Seni Komunikasi Kreatif 1995. Ia juga telah dipertimbangkan untuk Hadiah Nobel Sastra. Ia juga memenangkan Hadiah Budaya Asia Fukuoka XI 2000 dan pada 2004 Norwegian Authors' Union Award untuk sumbangannya pada sastra dunia. Ia menyelesaikan perjalanan ke Amerika Utara pada 1999 dan memenangkan hadiah dari Universitas Michigan.
Sampai akhir hayatnya ia aktif menulis, walaupun kesehatannya telah menurun akibat usianya yang lanjut dan kegemarannya merokok. Pada 12 Januari 2006, ia dikabarkan telah dua minggu terbaring sakit di rumahnya di Bojong Gede, Bogor, dan sedang dirawat di rumah sakit. Menurut laporan, Pramoedya menderita diabetes, sesak napas dan jantungnya melemah.
Pada 6 Februari 2006 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki diadakan pameran khusus tentang sampul buku dari karya Pramoedya. Pameran ini sekaligus hadiah ulang tahun ke-81 untuk Pramoedya. Pameran bertajuk Pram, Buku dan Angkatan Muda menghadirkan sampul-sampul buku yang pernah diterbitkan di mancanegara. Ada sekitar 200 buku yang pernah diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia.

Arti Cinta

Cinta, berbicara tentang cinta nggak pernah ada habisnya, seiring perbedaan daya pikir seseorang. Sedalam mana anda berpikir, sejauh mana anda merasakan cinta dan bagaimana anda kehilangan cinta. Banyak sekali yang memberikan difinisi 'what is the meaning of love', terutama kalangan penyair dan seniman. Tapi tentu saja persepsinya berbeda-beda, salah satunya menurut group band SLANK.



Setelah lama nggak pernah ngikutin perkembangan musik tanah air, eh ternyata slank udah ngeluarin album baru yang bertajuk mini album 'I Slank U' pertengahan bulan february lalu. Langsung download deh, dan ternyata lagu yang baru cuma dua single, yang lainnya aransemen ulang. Salah satu lagu yang menjadi perhatianku adalah Foto dalam Dompetmu (new version) yang membuatku kurang srekh gara-gara intronya.

Intro lagu Foto dalam Dompetmu, kaka sang vokalis mengutarakan apa itu cinta?. Wah ngebahas cinta, jadi kurang asyik, tapi ya mau gimana lagi, mungkin sudah menjadi tuntutan musik tanah air, yang temanya selalu galau. Selain itu, biarpun aliran mereka ska dan sedikit rock alternatif, tetap saja mereka pernah merasakan cinta. Nah berikut ini, Cinta adalah ... dalam lagu Foto dalam Dompetmu.

Cinta itu imajinasi
Cinta itu dua hati
Cinta itu chemistry
Cinta itu kata hati
Cinta itu nurani
Cinta itu magic
Cinta itu yang terbaik

Selain itu, kalau ngebahas apa itu cinta menurut group band yang sudah berumur 28 tahun ini, jadi teringat lagu Kuil Cinta yang merupakan soundtrack OST Get Married. Di lagu ini, hampir setiap bait menyebutkan cinta itu?.


Dari sekian persepsi slank yang mengartikan arti cinta, terlihat semuanya sangat simple, berbeda dengan musisi lainnya yang mengartikan secara panjang lebar. Tapi ya maklumlah, namanya juga group band slengek'an alias sesuka hati. Tapi apapun perbedaan difinisi cinta, yang penting bisa menghargai dan menghormati orang lain.

Tong Sampah

Aku hanya tong sampah. Tempat kamu membuang resah, gelisah dan gundah. Aku hanya tong sampah, tempat kamu melempar segala yang tak guna. Luapan rasa sisa yang tak kamu pakai lagi. Barang-barang yang kamu campakkan kau jejalkan dalam mulutku. Diriku. Kamu puas mampu membuang segala yang kau rasa tak perlu dan memerlukan lagi. Meski terkadang kamu pungut lagi, kamu kreasi, guntingi, tapi sisa-sisa itu akhrinya hanya bermuara lagi di mulutku. Kau sumpal lagi mulutku dengan tinja akalmu.
Kamu tak mau peduli sedikitpun tentangku. Ya tentang diriku, walau sebentar, aku juga sesekali ingin menjadikanmu tong sampah. Agar kau tahu nikmat dan dukanya tong sampah. Memberimu pembelajaran tentang tong sampah yang tampak hina dan dihinakan. Agar engkau tahu makna kemuliaan, kebermaknaan. Menghargai setiap yang ‘ada’ dan tak ‘ada’, tidak sewenang-wenang mencampakkan hal yang remeh temeh. Asal melempar, menaruh dan menjejalkan yang tak kau suka dalam wadah yang kau agap layak sebut ‘tempat sampah’.
Sebenarnya aku tidak bercita-cita, memimpikan menjadi tong sampahmu. Perlu kau tahu, sebenarnya cita-citaku amatlah mulia dalam hidupmu. Aku ingin jadi cermin. Ya cermin. Yang setiap waktu bisa menikmati setiap lekuk wajahmu, hitamnya bola matamu, eloknya bibirmu dan masih banyak yang ku impikan tentang dirimu. Tentang kecantikanmu, keindahan senyummu setiap bangun dan mandimu bersama wanginya parfum yang kamu tebarkan di setiap inci tubuhmu. Aku juga ingin, sesekali menikmati kesendirianmu, hanya ada aku dan kamu, dalam satu ruang dalam kamar tidurmu. Merindukanmu, melihat kemolekan ragamu dalam temaram lampu kamar. Karena aku yakin, kamu lebih ayu dalam tidurmu, lebih menawan dibanding saat kamu berhias dengan segala merk alat kecantikan. Dalam tidurmu, kamu simpan kejujuran dan kesederhanaan. Saat tidurmulah kamu buka rahasia-rahasia yang selama ini kamu tutupi. Aku ingin menjadi tempatmu bertanya perihal kecantikan. Aku akan jujur menjawab pertanyaanmu: kamu lah yang cantik dan tercantik, meski di ruangan itu berderet-deret wanita-wanita cantik, kamu yang tetap cantik di mata diriku. Karena aku telah terpesona olehmu. Karena aku telah mengintip tidurmu, mengintip kesejatian dirimu. Ya..aku ingin jadi cermin hiasmu meski hanya secuil.
Hingga suatu saat aku memasang dada dan mengatakan padamu: “aku siap jadi tong sampahmu!”. Aku tak tega melihatmu kebingungan mencari-cari tempat pembuangan limbah. Mencari wadah yang sekiranya dapat memuaskan hatimu yang kesal. Membuang gumpalan kertas-kertas cintamu yang tak kunjung mendapat balasan. Kasihmu terlalu jauh dari tempatmu, sedangkan rangkain kata kerinduanmu tak mampu menghadirkannya dalam sekejap. Kamu terus bergumam kesal, meski aku tahu sebenarnya kamu sangat kangen sekali. Andaikan pulau dapat kamu tekuk, pasti akan kamu lakukan. Andaikan air laut dapat kamu keringkan, pasti sudah kamu keringkan. Andaikan kamu menggenggam tongkatnya Musa, aku yakin malam itu, seketika itu pula kamu belah Lautan Jawa dan kamu berlari ke seberang sana. Dan tentunya kamu tidak repot-repot menyulam kata syahdu hanya untuk meluluhkan hatinya agar dia datang menjengukmu. Dan aku sendiri tak usah repot menjadi tong sampah, tentunya.
Tapi kepastian Tuhan berlaku saat itu: kamu si cantik yang merindukan kekasih dan aku menjadi tong sampahmu. Hari-hari pertama menjadi tong sampah sungguh kikuk, susah. Meski baru tapi ada rasa ke-engganan yang menyeruak dalam diriku. Ada kerentek ati, untuk menolak dan menjabut kesanggupanku. Ada semacam ingin menyalahkanmu. Menyalahkan kebodohanmu mencintai orang yang tinggal jauh darimu. Menyalahkan atas ketolalanmu merindukan sesuatu yang terhalang jarak. Bukankah aku sanggup menggantikannya. Aku juga laki-laki yang bisa mencintai dan dicintai. Namun akhirnya ku sadari bahwa urusan mencintai dan dicintai bukan sekedar laki-laki atau perempuan saja tetapi apakah dia benar-benar ‘laki-laki’ atau ‘perempuan’. Karena terlalu banyak laki-laki yang tidak bisa menjalani kelaki-lakian, tidak bisa menikmati keperempuanannya.
Hari-hari pertama kamu menaruhku dekat kakimu, dekat meja kerjamu, dekat dengan lembut sentuhan lembut tanganmu. Berada dalam ruangan yang selalu kamu katakan sebagai keputren, tempat terlarang yang tak boleh setiap laki-laki berkeliaran di tempatmu. Aku bangga, hanya aku yang bisa mengintipmu, menemani dalam lamunanmu. Kamu pun memperlakukanku begitu istemewa, hanya kertas-kerta cinta yang kamu gagal telurkan saja yang kamu lempar padaku. Begitu lembut kamu lempar, hingga aku sendiri menikmati lemparan itu, menganggapnya sebagai sentuhan tanganmu yang putih dan lembut. Aku tak sadar kalau aku sekarang hanyalah tong sampah. Bagaimanapun lembutnya, istemewanya kamu memperlakukanku aku tetaplah tong sampah. Seperti tong-tong sampah yang lain, yang mempunyai definisi sama dengan tong sampah di pinggir jalan.
Hari berganti hari. Semula berjalan normal: hanya kertas cinta yang ku tampung. Suatu hari ibumu, bingung membuang sampah belanjanya, plastik-plastik pembungkus kue bermerk, botol-botol parfum yang belum habis isinya, pembalut yang telah kadaluwarsa. Ibumu bingung sebingung-bingunnya. Akhirnya ibu meminjam aku, meski dengan alasan Cuma sebentar. Kamu rela tapi aku berontak. Kamu rayu aku dengan janji-jani manismu: Cuma sehari, dia ibuku, aku adalah manifestasinya, surgaku ada di bawah kuasanya, aku harus menurut. Ok lah, aku terima. Tidak mengapa dan tak jadi apa untuk sesekali menjadi tempat sampah ‘surga’mu itu. Meski aku sebetulnya muak dengan argumen-argumen itu. Tidak ada surga dibalik ‘kakinya’, yang disimpannya tak lebih dari neraka yang menyala-nyala kerakusannya.
Engkau lupa dengan janjimu. Ternyata aku tidak kamu pinjamkan hanya sehari tetapi beberapa hari. Bahakan kini aku benar-benar jadi tempat sampah keluargamu. Mulai dari nenek sampai adik-adikmu membuang sampah padaku. Kalau dulu hanya kertas sekarang bermacam-macam barang tidak berguna masuk dan dijejalkan ke mulutku. Tidak ada pilah-pilah: mana organik mana non organik. Waton nguncalke, asal lempar. Asal muat kalian ramai-ramai memaksaku menelan kotoranmu. Nasi basi, bekas makanan binatang piaranmu pun masuk. Benar-benar tidak kamu pedulikan lagi diriku. Kucing-kucing liar menganggapku sebagai surganya. Tiap malam kucing-kucing itu yang menumpahkan isiku. Kamu marah-marah, ngomel-ngomel pada kucing-kucing yang memang lapar.
Aku tak tega melihat kucing-kucing yang kelaparan itu kalian omeli dengan berbagai dalih: mengotori lantai marmermu, mengundang tikus-tikus dan menambah pekerjaan harianmu. Tidak pernah kau sadari dan mencoba, walau hanya sekali, sadar bahwa kucing dan para tikus itu lapar dan menggunakan kesempatan dan ketololanmu memanagemen pengelolaan sampah keluargamu. Terlalu lemah sistem hukum keluargamu. Tidak ada keseriusan menjaga lingkungan rumahmu sendiri. Kalian lebih suka meyalahkan keadaan, menyalahkan liyan.
Keluargamu benar-benar tidak tahu diri. Tidak pernah bijak dalam menyikapi permasalahan. Menempatkanku di pinggir jalan, menyandingkan dengan tempat sampah-tempat sampah yang lain dianggap keputusan yang tepat. Tidak lagi dalam istanamu melainkan kamu tempatkan aku di jalanan yang ramai dengan polusi kecongkakan dan bau-bau got kerakusan. Aku tidak lagi berharga di matamu, aku tak lebih dari tong sampah yang lain. Bukan hanya keluargamu yang menjejalkan kotoranmu, melinkan siapa saja yang membutuhkan. Tidak perduli orangnya. Orang yang mabuk memuntahkan racunnya padaku, orang-orang ‘gila’ yang menganggapku WC gratis dan harus mengencingiku. Ah.. persetan sekali dengan mereka. Ora melek.
Hanya pemulung, kucing-kucing liar dan anjing-anjing tanpa majikan yang menganggap aku sebagi surganya, tuannya. Mereka menghargai keberadaanku, menghormatiku sebagai makhluk yang benar-benar eksis. Kini aku sayang mereka. Mereka lebih berarti dari pada keluargamu. Aku tak lagi menginginkan menjadi cermin hiasmu, takut suatu saat aku akan kamu hantam dengan kemarahanmu. Biarkan aku jadi tong sampah yang mempunyai arti bagi kehidupan ini….

SEBELUM ENGKAU MENGELUH,,

* Bismillahirrahmanirrahiim *

* Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik,Pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali.


* Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu,Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

* Sebelum kamu mengeluh tidak punya apa-apa,Pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan.

* Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk,Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk didalam hidupnya.

* Sebelum kamu mengeluh tentang Pasangan anda,Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup.

* Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu,Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.

* Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu,Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.

* Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnyaPikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan.

* Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir,Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan.

* Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu,Pikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda.

* Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain,Ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.

* Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan,Tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan bahwa kamu masih hidup.

* Cintai orang lain dengan perkataan dan perbuatanmu.

* Cinta diciptakan tidak untuk disimpan atau disembunyikan.

* Anda tidak mencintai seseorang karena dia cantik atau tampan, Mereka cantik/tampan karena anda mencintainya.

* Adalah benar kamu tidak tahu apa yang kamu miliki sampai kamu kehilangan.

Mengapak Pohon dan Mengasah Kapak

Mengapak Pohon dan Mengasah Kapak

Alkisah ada seorang penebang pohon yang sangat kuat. Dia melamar pekerjaan pada seorang pedagang kayu, dan dia mendapatkannya. Gaji dan kondisi kerja yang diterimanya sangat baik. Karenanya sang penebang pohon memutuskan untuk bekerja sebaik mungkin.



Sang majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerjanya. Hari pertama sang penebang pohon berhasil merobohkan 18 batang pohon. Sang majikan sangat terkesan dan berkata, "Bagus, bekerjalah seperti itu!"

Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari sang penebang pohon bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 15 batang pohon. Hari ketiga dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hanya berhasil merobohkan 10 batang pohon. Hari-hari berikutnya pohon yang berhasil dirobohkannya makin sedikit. "Aku mungkin telah kehilangan kekuatanku", pikir penebang pohon itu.

Dia menemui majikannya dan meminta maaf, sambil mengatakan tidak mengerti apa yang terjadi. "Kapan saat terakhir kau mengasah kapak?" sang majikan bertanya.

"Mengasah? Saya tidak punya waktu untuk mengasah kapak. Saya sangat sibuk mengapak pohon," katanya.

Kehidupan kita sama seperti itu. Seringkali kita sangat sibuk sehingga tidak lagi mempunyai waktu untuk mengasah kapak bahkan mengalami stres pekerjaan. "Di masa sekarang ini, banyak orang lebih sibuk dari sebelumnya, tetapi mereka lebih tidak berbahagia dari sebelumnya. Mengapa? Mungkinkah kita telah lupa bagaimana caranya untuk tetap tajam?

Tidaklah salah dengan aktivitas dan kerja keras. Tetapi tidaklah seharusnya kita sedemikian sibuknya sehingga mengabaikan hal-hal yang sebenarnya sangat penting dalam hidup, seperti kehidupan pribadi, menyediakan waktu untuk membaca, dan lain sebagainya.

Kita semua membutuhkan waktu untuk tenang, untuk berpikir dan merenung, untuk belajar dan bertumbuh. Bila kita tidak mempunyai waktu untuk mengasah kapak, kita akan tumpul dan kehilangan efektifitas. Jadi mulailah dari sekarang, memikirkan cara bekerja lebih efektif dan menambahkan banyak nilai ke dalamnya.

KADER

Kader berasal dari kata cadre (bhs Perancis) yang berarti bingkai. Bukan berarti sekadar penghias sebuah gambar agar terlihat lebih indah melainkan bermakna sebagai 'penopang' atau penahan dari isinya agar mampu berdiri tegak dan tidak jatu
h berserakan. Kader adalah penahan, penjaga substansi, dan ruh dari organisasi. Kader kuat dan solid maka organisasi berjaya. Sebaliknya kader lemah dan terpecah belah menyebabkan kehancur leburan. Ingat-ingat selalu hal ini dan sekali lagi, camkan! Camkan dengan sungguh-sungguh sehingga dirimu betul-betul memahami dan menjiwainya apa itu seorang KADER.

about me