METODE LATIHAN TEATER: SEBUAH STUDI TERAPAN
ARTI DRAMA
Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai"
yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya.
Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak
Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama
Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara
VII dibuat istilah Sandiwara.
ARTI TEATER
Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium.
Dalam arti luas : Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan
orang banyak
Dalam arti sempit : Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang
diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan
pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.
AKTING YANG BAIK
Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak.
Dialog yang baik ialah dialog yang :
terdengar (volume baik)
jelas (artikulasi baik)
dimengerti (lafal benar)
menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Gerak yang balk ialah gerak yang :
terlihat (blocking baik)
jelas (tidak ragu‑ragu, meyakinkan)
dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)
menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Penjelasan :
· Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh
· Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap
dengan jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi
kata‑kata yang diucapkan menjadi tumpang tindih.
· Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa
yang dipakai . Misalnya berani yang berarti "tidak takut" harus
diucapkan berani bukan ber‑ani.
· Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat
menimbulkan kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah
· Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang
satu dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat
melihat pemain yang ditutupi.
Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat
sebagian besar belakang tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan sebagai
berikut :
· Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan.
· Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan.
Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan sampai seluruh pemain
mengelompok di satu tempat. Dalam hal mengatur balance, komposisinya:
· Bagian kanan lebih berat daripada kiri
· Bagian depan lebih berat daripada belakang
· Yang tinggi lebih berat daripada yang rendah
· Yang lebar lebih berat daripada yang sempit
· Yang terang lebih berat daripada yang gelap
· Menghadap lebih berat daripada yang membelakangi
Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk
mewarnai sesuai adegan yang berlangsung
1. Jelas, tidak ragu‑ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang
dilakukan jangan setengah‑setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu‑ragu
terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting
2. Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak
menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang
yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.
3. Menghayati berarti gerak‑gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai
tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.
Selanjutnya akan dibahas secara rinci tentang dasar latihan teater.
BAB I
MEDITASI dan KONSENTRASI
MEDITASI
Secara umum meditasi artinya adalah menenangkan pikiran. Dalam teater dapat
diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan
tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.
Tujuan Meditasi :
1. Mengosongkan pikiran.
Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu
yang ada dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah
keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari otak
kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan.
2. Meditasi sebagai jembatan.
Disini alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala
sesuatu yang kita kerjakan dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita
kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan berbeda
dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan
yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan.
Cara meditasi :
Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa
dilakukan adalah dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini
dimaksudkan untuk memberi bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam.
Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan
perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam
tubuh kita.
Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita
dengan segala perasaan. Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu,
diam tak bergerak. Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap
untuk berkonsentrasi.
Catatan :
Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah
timbul kelesuan dalam setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat
diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran. Jika hal ini tidak diatasi dan
kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi
adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di
panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak
kita bawakan.
KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita
mengartikannya dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran
yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain,
sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.
Cara konsentrasi :
Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan
cara-cara yang sudah ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran
kita benar-benar kosong dan siap berkonsentrasi.
Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur
pikiran. Rasakan bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang
tidak kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan yang lain, selain
bahwa kita saat ini sedang latihan teater.
Catatan :
Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis
pemalu dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan
pikiran kita pada hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.
BAB II
VOKAL dan PERNAPASAN
PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk
memperoleh suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena
itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya
secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan
ataupun dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan :
Ø Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada
sehingga dada kita membusung.
Di kalangan orang‑orang teater pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan
karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk Udara sangat sedikit,
juga dapat mengganggu gerak/acting kita, karena bahu menjadi kaku.
Ø Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam
perut sehingga perut kita menggelembung,
Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu
gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.
Ø Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan
udara, sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum).
Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya
tidak terlalu mengutamakan acting, tetapi mengutamakan vokal.
Ø Pernapasan diafragma
Pernapasan diafragma ialah jika pada waktu kita mengambil udara, maka diafragma
kita mengembang. Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut,
pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut
mengembang.
Menurut perkembangan akhir‑akhir ini, banyak orang‑orang teater yang
mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan
daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.
Latihan‑latihan pernapasan :
· Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam
dada, kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam
keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun sampai batas maksimurn bawah.
Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas kita
keluarkan kembali.
· Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat.
· Cara berikutnya adalah menarik napas dalam‑dalam, kemudian keluarkan lewat
mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun cara‑cara lain. Di sini kita sudah
mulai menyinggung vokal.
Catatan : Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, maka
janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.
VOKAL
Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar
vokal yang baik pula. "Baik” di sini diartikan sebagai :
· Dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling
belakang).
· Jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
· Tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan.
· Tidak monoton.
Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan‑latihan
vokal. Banyak cara, yang dilakukan untuk melatih vokal, antara lain :
· Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara
"wah…” dengan energi suara. Lakukan ini berulang kali.
· Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam "mmm…mmm…”
(suara keluar lewat hidung).
· Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara
mendesis,"ssss……."
· Hirup udara banyak‑banyak, kemudian keluarkan vokal "aaaaa…….” sampai
batas napas yang terakhir. Nada suara jangan berubah.
· Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah
naik turun (dalam satu tarikan napas)
· Keluarkan vokal “a…..a……” secara terputus-putus.
· Keluarkan suara vokal “a‑i‑u‑e‑o", “ai‑ao‑au‑ae‑", "oa‑oi‑oe‑ou",
“iao‑iau‑iae‑aie‑aio‑aiu‑oui‑oua‑uei‑uia‑......” dan sebagainya.
· Berteriaklah sekuat‑kuatnya sampai ke tingkat histeris.
· Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung‑gulung,
berlari, berputar‑putar dan berbagai variasi lainnnya.
Catatan :
Apabila suara kita menjadi serak karena latihan‑latihan tadi, janganlah takut.
Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah
karena lendir‑lendir di tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi
bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara
(larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akam menghilang
dengan sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu memaksa alat‑alat suara untuk
bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat‑alat suara
kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.
Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di gunung, di tepi
sungai, di dekat air terjun dan sebagainya. Di sana kita mencoba mengalahkan
suara‑suara di sekitar kita, disamping untuk menghayati karunia Tuhan.
ARTIKULASI
Yang dimaksud dengan artikulasi pada teater adalah pengucapan kata melalui
mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga
pendengar/penonton dapat mengerti pada kata‑kata yang diucapkan.
Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang
mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu :
Ø Cacat artikulasi alam : cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang
berbicara gagap atau orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya
‘r’, dan sebagainya.
Ø Artikulasi jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan
terjadi sewaktu‑waktu. Hal ini sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog.
Misalnya:
o Kehormatan menjadi kormatan
o Menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya.
Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan
terlalu cepat, gugup, dan sebagainya.
Ø Artikulasi tak tentu : hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu
cepat, seolah‑olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali.
Untuk mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan
· Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap
pengucapan. Ucapkan setiap huruf dengan nada‑nada tinggi, rendah, sengau,
kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan berbisik.
· Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb
· Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga
bentuk mulut.
GESTIKULASI
Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada
kata atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi,
gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang
berbeda.
Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata
dengan satu kalimat kadang‑kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata
"Pergi !!!!” dengan kalimat "Angkat kaki dari sini !!!". Juga
dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu ?” ,
"Kenapa ?” atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan
suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog.
Gestikulasi harus dilakukan sebab kata‑kata yang pertama dengan kata berikutnya
dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: "Tuan
kelewatan. Pergi!". Antara "Tuan kelewatan" dan
"Pergi" harus dilakukan pemenggalan karena antara keduanya memiliki
maksud yang berbeda.
Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata.
Misalnya "Tuan kelewatan"....... (mendapat tekanan), “Pergi….”
(mendapat tekanan).
INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka
akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini
adalah tekanan‑tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam
tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu :
Tekanan Dinamik (keras‑lemah)
Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan‑penekanan pada setiap
kata yang memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat "Saya membeli
pensil ini" Perhatikan bahwa setiap tekanan memiliki arti yang berbeda.
- SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)
- Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)
- Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)
Tekanan.Nada (tinggi)
Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak
mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan
dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah‑ubah. Jadi yang dimaksud dengan
tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya suatu kata.
Tekanan Tempo
Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini
sering dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan. Untuk
latihannya cobalah membaca naskah dengan tempo yang berbeda‑beda. Lambat atau
cepat silih berganti.
WARNA SUARA
Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia
sangat mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda
warna suaranya dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna
suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki‑laki dengan perempuan, akan
sangat jelas perbedaan warna suaranya.
Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain
harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan
juga warna suara. Sebagai latihan dapat dicoba merubah‑rubah warna suara dengan
menirukan warna suara seorang tua, pengemis, anak kecil, dsb.
Selain mengenai dasar‑dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog diperlukan juga
adanya suatu penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan diterangkan dalam
bagian tersendiri. Untuk latihan cobalah membaca naskah berikut ini dengan
menggunakan dasar‑dasar vokal seperti di atas.
(Si Dul masuk tergopoh‑gopoh)
Dul : Aduh Pak….e…..e…..itu, Pak…. Anu…. Pak….a….a….ada orang bawa koper,
pakaiannya bagus. Saya takut, Pak, mungkin dia orang kota, Pak.
Paiman : Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan orang-orangmu untuk
mengusirnya ?
Pak Gondo : (kepada Paiman) Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau
tadi lapor apa ?! Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei !
(sambil mencengkeram Paiman).
Paiman : Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang masuk.
Pak Gondo : (membentak sambil mendorong) Diam Kamu !
(kepada si Dul) Di mana dia sekarang ?
Dul : Di sana Pak, mengintip orang mandi di kali sambil motret.
BAB III
GERAK
OLAH TUBUH
Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka
terlebih dahulu kita harus mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga
dikatakan senam), sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau
pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau kondisi
tubuh yang maksimal.
Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot‑otot
kita supaya elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian‑bagian tubuh
kita yang kaku selama latihan-latihan nanti.
Pelaksanaan olah tubuh :
Pertama sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera
yana kita punyai, tentang segala rakhmat yang dianugerahkan kepada kita. Dengan
memakai rasa kita perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari ujung rambut sampai
ujung kaki, yang mana semuanya itu merupakan rakhmat Tuhan yarig diberikan
kepada kita.
Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita.
- Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian jatuhkan ke belakanq, ke kiri, ke kanan.
Ingat kepala/leher dalam keadaan lemas, seperti orang mengantuk.
- Putar kepala pelan‑pelan dan rasakan lekukan‑lekukan di leher, mulai dari
muka. kemudian ke kiri, ke belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan lakukan
berkali‑kali. Ingat, pelan‑pelan dan rasakan !
- Putar bahu ke arah depan berkali‑kali, juga ke arah belakang. Pertama
satu-persatu terlebih dahulu, baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar
serentak.
- Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang.
Demikian pula sebaliknya.
- Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar
tangan keseluruhan. Lakukan berkali‑kali, pertama tangan kanan dahulu, kemudian
tangan kiri, baru bersama‑sama.
- Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya.
- Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan
pada kaki kiri. Jaga jangan sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan kaki
kanan, putar lutut kanan, putar seluruh kaki kanan. Kerjakan juga pada kaki
kiri sesuai dengan cara di atas.
- Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari‑lari di tempat dan
meloncat‑loncat.
Macam‑Macam Gerak :
Setiap orang memerlukan gerak dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan
manusia. Dalam latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik
bermacam‑macam gerak Latihan‑latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan
secara khusus oleh seseorang yang berkecimpung dalam bidang teater.
Pada dasarnya gerak dapat dibaqi menjadi dua, yaitu
1. Gerak teaterikal
Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir
dari keinginan bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi
gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan naskah drama.
2. Gerak non teaterikal
Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari‑hari.
Gerak yang dipakai dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam‑macam, secara garis
besar dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar.
Gerak Halus
Gerak halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq
lebih dikenal lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari
dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira, dsb.
Gerak Kasar
Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini
timbul karena adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar
masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu :
Business, adalah gerak‑gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran
Gerak ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya :
- sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak‑gerakkan
tangan atau kaki mengikuti irama musik.
- sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara refleks
tangan kita akan memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa kehilangan konsentrasi
kita pada belajar.
Gestures, adalah gerak‑gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak
yang kita lakukan secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah
dari diri/otak kita Untuk melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil
gelas, jongkok, dsb.
Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang
lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga
berupa berlari, bergulung‑gulung, melompat, dsb.
Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam. Cara
berjalan orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil,
berbeda pula dengan cara berjalan orang yang sedang mabuk, dsb.
Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal ini
harus benar-benar diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang
pemain apa maksud dan maknanya ia melakukan gerakan yang demikian itu.
Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan “gerak-gerak dasar”. Latihan
mengenai gerak-gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu :
· Gerak dasar bawah : posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya
boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas
kepala kita.
· Gerak dasar tengah : posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di
sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.
· Gerak dasar atas : di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada
batas.
Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi /
menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.
Latihan-latihan gerak yang lain :
Latihan cermin.
dua orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu membuat
gerakan dan yang lain menirukannya, persis seperti apa yang dilakukan temannya,
seolah-olah sedang berdiri didepan cermin. Latihan ini dilakukan bergantian.
Latihan gerak dan tatap mata.
sama dengan latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi saling
tatap, seolah kedua pasang mata sudah saling mengerti apa yang akan digerakkan
nanti.
Latihan melenturkan tubuh.
seseorang berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu
mengangkat tangan temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum
dijatuhkan lengan / tangan tersebut diputar-putar terlebih dahulu.
Latihan gerak bersama.
suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang melakukan gerakan yang sama
seperti dilakukan oleh pemimpin kelompok tersebut, yang berdiri didepan mereka.
Latihan gerak mengalir.
suatu kelompok yang terdiri beberapa orang saling bergandengan tangan,
membentuk lingkaran. Kemudian salah seorang mulai melakukan gerakan (
menggerakkan tangan atau tubuh ) dan yang lain mengikuti gerakan tangan orang
yang menggandeng tangannya. Selama melakukan gerakan, tangan kita jangan sampai
terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini dilakukan dengan memejamkan mata
dan konsentrasi, sehingga akan terbentuk gerakan yang artistik.
GERAK DAN VOKAL
Setelah kita berlatih tentang vokal dan gerak secara terpisah, maka sekarang
kita mencoba untuk memadukan antara vokal dan gerak. Banyak bentuk-bentuk
latihan yang dapat dilakukan, antara lain mengucapkan kalimat yang panjang
sambil berlari-lari, melompat, jongkok, bergulung-gulung, atau juga bisa dengan
memutar-mutar kepala, memutar-mutar tubuh, dan sebagainya.
Latihan ini berguna sekali bagi kita pada waktu acting. Tujuannya adalah agar
vokal dan gerak kita selalu serasi, agar gerak kita tidak terlalu banyak
berpengaruh pada vokal.
BAB IV
PENGGUNAAN PANCAINDERA DALAM TEATER
Manusia yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara utuh.
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan panca indera kita tersebut,
baik secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Dalam teater kita juga harus
menggunakan indera kita dengan baik agar dapat memainkan suatu peran dengan
baik pula.
Supaya alat-alat indera kita dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja harus
dilatih. Hal ini sangat perlu dalam teater untuk membantu kita dalam membentuk
ekspresi. Bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain :
Mata
Duduk bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada
titik tersebut. Usahakan menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama mungkin.
Telinga
¨ Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu
pada beberapa macam benda, dimana setiap benda memiliki nada / suara yang
berlainan. Hitunglah berapa kali ketukan pada benda yang sudah ditentukan.
¨ Duduklah ditepi jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk
mengenali suara apa saja yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus,
sepeda motor, suara tawa seseorang diatas sepeda motor, suara sepatu diatas
trotoar,dsb.
Hidung
¨ Duduk ditepi jalan sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali
bau apa yang ada disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan
kita, bau parfum, asap knalpot, asap rokok, atau tanah yang baru disiram hujan,
dsb.
¨ Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan
hayati benar-benar bagaimana baunya.
Kulit
¨ Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita.
Rasakan dan kenalilah tubuh kita itu, cari perbedaan antara setiap tubuh.
¨ Rabalah dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana
rasanya, dingin atau panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga
mengenali bentuknya. Lakukan latihan ini dengan mata terpejam.
Lidah
¨ Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi,
langit-langit, bibir, dsb.
¨ Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu
tangan, batang pensil, tangan yang berkeringat,dsb.
BAB V
KARAKTERISASI
Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari
tokoh yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang
berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan
karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian
penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari
seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.
Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah,
maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu
misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal
secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia
seorang yang licik, pemberani, atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar
kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak
hanya memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya :
Tokoh (A) … jabatan (lurah) … watak (licik, pura-pura, pengecut)
Tokoh (B) … jabatan (jongos) … watak (baik hati, ramah, jujur, mengalah)
Untuk melatih karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut :
Dengan menirukan gerak-gerak dasar yang biasa dilakukan oleh pengemis, kakek,
anak kecil, pemabuk, orang buta, dsb. (yang dimaksud dengan gerak-gerak dasar
disini adalah cirri-ciri khas)
Dua orang atau lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi
perintah kepada temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang
diceritakan. Untuk membantu memberi suasana, dapat memakai musik pengiring.
Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu juga kita
mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita
kenali satu persatu.
OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh.
Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara
bicaranya, dsb. Setelah kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut,
kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu. Setelah itu baru kita menirukannya.
Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita ingini.
ILUSI
Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah
terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa
pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun
angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dsb.
Cara-cara melatihnya antara lain :
Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb.
Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb.
Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun dikampung, dsb.
Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb.
Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antar planet, dsb.
IMAJINASI
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi
seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya
benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya
selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas,
penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun
sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk
berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim.
Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara pemimpin koor dengan
roh suci. Roh suci disini hanya terdengar suaranya, tetapi pemain harus
menganggap bahwa roh suci benar-benar ada. Dalam contoh lain dapat kita lihat
pada sebuah naskah yang didalamnya terdapat sebuah dialog, sebagai berikut : “
Hei letnan, coba perhatikan perempuan berkaca mata gelap didepan toko itu.
Perhatikan topi dan tas hitam yang dipakainya. Rasa-rasanya aku pernah melihat
tas dan topi itu dipakai Nyonya Lisa beberapa saat sebelum terjadi pembunuhan”.
Yang dibicarakan tokoh diatas sebenarnya hanya khayalan saja. Perempuan berkaca
mata gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak tampak dalam
pentas.
Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang
dibendakan, termasuk disini segala sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai
cara-cara sebagai berikut :
Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan
sampai menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali.
Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian bayangkan dan
sebutkan bentuk benda itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dsb.
Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya.
Contohnya, menganggap sebuah batu adalah suatu barang yang sangat lucu, baik
itu bentuknya, letaknya, dsb. Sehingga dengan memandang batu tersebut kita jadi
tertawa terpingkal-pingkal.
Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah
pensil rasanya menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang
panas, dingin, kasar, dsb.
EMOSI
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan
sedih, marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus
dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan
warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut.
Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka
(ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini timbul setelah
emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka tinbul niat untuk memukul, dsb.
PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan
tubuh kita. Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi
sebagai polisi, maka saat itu kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri
melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang
harus kita terapkan dengan baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama.
Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah :
Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang
dikehendaki oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak
dan inti dari naskah.
Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah
mendapat gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.
Sebagai latihan cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik
sebagai pembantu pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.
BAB VI
BLOCKING
Yang dimaksud dengan blocking adalah kedudukan tubuh pada saat diatas pentas.
Dalam permainan drama, blocking yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu
pada waktu bermain kita harus selalu mengontrol tubuh kita agar tidak merusak
blocking. Yang dimaksud dengan blocking yang baik adalah blocking tersebut harus
seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.
- Seimbang
Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas
panggung (setting) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan
adanya kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh
pemain atau benda-benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih lanjut mengenai
keseimbangan panggung ini akan disampaikan pada bagian mengenai “Komposisi
Pentas “.
- Utuh
Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan.
Semua penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan
tidak saling menutupi.
- Bervariasi
Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan
membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan
seorang pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama
berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang sama, dsb. Kecuali kalau
memang dikehendaki oleh naskah.
- Memiliki titik pusat
Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat
perhatian. Hal ini penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan
mempermudah penonton untuk melihat dimana sebenarnya titik pusat dari adegan
yang sedang berlangsung. Antara pemain juga jangan saling mengacau sehingga
akan mengaburkan dimana sebenarnya letak titik perhatian.
- Wajar
Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak
wajar, tidak dibuat-buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki
motivasi dan harus beralasan.
Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang
sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama
sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut
adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya.
KOMPOSISI PENTAS
Komposis pentas adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang tertentu.
Komposisi pentas ini dibuat untuk membantu blocking, dimana setiap bagian pentas
mempunyai arti tersendiri. Berikut ini adalah skema komposisi pentas.
7
8
9
4
5
6
1
2
3
PENONTON
Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan nomornya. Bagian depan lebih
kuat daripada bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat daripada bagian kiri.
Oleh karena itu jangan menempatkan diri atau benda yang kadar kekuatannya
tinggi pada bagian yang kuat. Carilah tempat-tempat yang sesuai agar blocking
kelihatan seimbang. Walaupun demikian harus tetap dalam batas-batas yang wajar,
jangan terlalu dibuat-buat.
BAB VII
NASKAH
Setelah kita mengenal berbagai macam dasar yang diperlukan untuk bermain drama,
akhirnya sampailah kita pada naskah. Naskah disini diartikan sebagai bentuk
tertulis dari suatu drama. Sebuah naskah walaupun telah dimainkan berkali-kali,
dalam bentuk yang berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya.
Sebaliknya sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang
sama dapat berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi,
kondisi, serta tempat dimana dimainkan naskah tersebut.
Sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, pemain / lakon dan plot atau
rangka cerita.
Tema
Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah
dan tujuan cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan lakon-lakonnya.
Lakon
Dalam cerita drama lakon merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi
penggerak cerita.oleh karena itu seorang lakon haruslah memiliki karakter, agar
dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik. Disamping itu dalam naskah
akan ditentukan dimensi-dimensi sang lakon. Biasanya ada 3 dimensi yang
ditentukan yaitu :
v Dimensi fisiologi ; ciri-ciri badani
usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-ciri muka,dll.
v Dimensi sosiologi ; latar belakang kemasyarakatan
status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan
pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dll.
v Dimensi psikologis ; latar belakang kejiwaan
temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian
dalam bidang tertentu, kecakapan, dll.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka lakon
yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung
menjadi tokoh yang mati.
Plot
Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot adalah suatu keseluruhan peristiwa
didalam naskah. Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa
bagian yaitu :
§ Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi.
Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para
pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat
meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar
cerita.
§ Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para lakon harus berbicara dan apa yang
diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya,
pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan
perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.
§ Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka
pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik
merupakan kekuatan penggerak drama.
§ Klimaks dan krisis
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam
adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
§ Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan, dimana didalamnya terdapat krisis-krisis yang
memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya
diikuti adegan penyelesaian.
Sumber: UKM Teater Mimpi Institut Sains Terapan dan Teknologi Surabaya (iSTTS)
Latihan adegan
Latihan adegan
Beberapa latihan untuk melatih kemampuan beradegan dengan lawan main atau
sendiri
Gerak cermin
Pemain berpasangan dan saling berhadapan. seorang menjadi cermin yang lainnya
bercermin. Seakan-akan tiruan gerak seperti dalam cermin.
Gerak cermin ini untuk menghasilkan kebersamaan diperlukan gerak yang pelan dan
kontinyu.
Dimulai dari gerak tangan kemudian dilanjutkan ke anggota tubuh yang lain serta
megatur level atau posisi. Setelah beberapa saat, peran berganti secara
langsung. Yang menjadi cermin giliran menjadi orang yang bercermin.
Jika adegan ini berjalan dengan baik maka orang lain yang melihat akan sulit
membedakan mana yang cermin dan mana orang yang bercermin.
Duduk dan berdiri
Adegan dilakukan berpasangan. Ketentuannya adalah para pemain membuat dan
menyajikan sebuah cerita dalam adegan dengan hanya bergerak. Tidak boleh
mengucapkan kata atau kalimat selain hanya interjeksi dan itu jika hanya
diperlukan saja.
Inti dari adegan adalah, harus ada seseorang yang berdiri dan yang duduk di
kursi. Masing-masing pemain harus berusaha untuk duduk di kursi dengan cara dan
strateginya tersendiri. Namun demikian adegan tetap dijalankan mulai dari awal
sampai akhir sesuai tuntutan cerita yang telah ditentukan.
Dialog berpasangan
Pemain berpasangan dan saling berhadapan. Instruktur menginstruksikan para
pemain untuk saling berdialog apa saja, bebas. Namun dalam berdialog semua
katanya harus dieja. Jadi pada akhirnya, semua akan berpikir dan berproses
untuk berpikir dengan mengeja setiap kata yang terlontar baik itu bagi yang
berbicara atau lawan dialognya (orang yang mendengar).
Catatan: Latihan ini sangat baik untuk melatih kesabaran, ingatan, dan
kecerdasan. Kata atau kalimat yang terlontar sehari-hari akan menjadi unik dan
sedikit sulit untuk diucapkan dengan dieja. Namun, jika dilakukan dengan sabar
dan tekun pasti bisa.
Diam dan lanjutkan!
Instruktur meminta dua (2) orang untuk maju ke depan. Mereka harus menentukan
siapa menjadi apa, di mana lokasinya, dan topik apa yang dibicarakan. Kemudian
mereka melakukan percakapan sesuai topik.
Di tengah-tengah percakapan pemain lain (yang menonton) boleh menghentikan
percakapan itu dengan meneriakkan kata “freeze!”, atau “diam!”. Pemain yang
menghentikan percakapan ini kemudian maju ke depan, menepuk bahu salah seorang
pemain, dan kemudian menggantikan posisinya untuk melanjutkan percakapan. Ia
coleh melanjutkan atau mengubah topik percakapan. Ini merupakan latihan
improvisasi yang bagus dalam membangun dan mengembangkan cerita secara spontan.
Variasi: Yang menghentikan percakapan tidak hanya 1 orang tetapi 2 orang
sekaligus
Latihan Gerak teater
Latihan Gerak
Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan “gerak-gerak dasar”. Latihan
mengenai gerak-gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu :\
Latihan 1:
Gerak dasar bawah : posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya
boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas
kepala kita.
Gerak dasar tengah : posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di
sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.
Gerak dasar atas : di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada
batas.
Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi /
menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.
Latihan 2:
Latihan cermin.
Dua orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu membuat
gerakan dan yang lain menirukannya, persis seperti apa yang dilakukan temannya,
seolah-olah sedang berdiri didepan cermin. Latihan ini dilakukan bergantian.
Latihan gerak dan tatap mata.
Sama dengan latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi saling
tatap, seolah kedua pasang mata sudah saling mengerti apa yang akan digerakkan
nanti.
Latihan melenturkan tubuh.
Berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang yang lain membantu mengangkat
tangan temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum dijatuhkan
lengan / tangan tersebut diputar-putar terlebih dahulu.
Latihan gerak bersama.
Buatlah kelompok yang terdiri minimal 3 orang. Setiap kelompok memilih seorang
diantara mereka untuk melakukan gerak yang harus ditiru dan diikuti oleh yang
lain. Semua mengikuti gerak dari gerak yang besar ke berak kecil, dari gerak
lambat sampai cepat.
Perlu dilakukan berbagai bentuk gerakan yang bersifat variatif dan imajinatif
sehingga gerak terus berkembang dan bermacam-macam.
Kemudian setelah posisi penggerak utama diganti dengan yang lain.
Latihan gerak mengalir.
Beberapa orang dalam satu kelompok saling bergandengan tangan, kemudian salah
seorang melakukan gerakan (tangan, tubuh dan kaki) dan yang lain mengikuti
gerakan tangan tersebut. Ini dilakukan dengan mata tertutup dan konsentrasi
penuh. Mengikuti gerakan dengan tetap berpegangan tangan dan sikap mengalir.
Diposkan oleh wisata teater di 15:40
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: aliran, apresiasi, Drama, pentas, teater, tecnic, theater, tips dan trik
Berlatih Gesture
Latihan-Latihan Gesture
Latihan Gesture Dengan Pose
a. Latihlah gesture-gesture di atas. Proses latihan ini yang penting adalah
kesadaran rasa, meskipun gesture biasanya muncul tanpa suatu kesadaran.
b. Untuk kepentingan pemeran, gesture yang muncul tanpa kesadaran ini
penggunaannya harus disadari untuk pencapaian nilai artistik.
Misalnya, bagaimana cara menyentuh, berjabat tangan, berdiri, duduk, menoleh,
menatap, tersenyum dan lain-lain. Lakukan latihan ini dengan santai dan jangan
terburu-buru serta lakukan gerakan-gerakan ini betul-betul bermakna.
Latihan Gesture Dengan Jalan
a. Latihlah bermacam-macam cara berjalan. Usahakan cara berjalan tersebut
bermakna. Misalnya, berjalan dengan terburu-buru, berjalan dengan penuh wibawa,
berjalan dengan kesakitan, berjalan dengan kebingungan, dan lain-lain.
b. Ketika latihan ini dilakukan, minta pertimbangan dari guru pembimbing atau
teman latihan. Cara berjalan seseorang akan mencerminkan tingkat emosi dan
mengandung makna tertentu.
Latihan Gesture Dengan Permainan
Jabat Tangan
Semua peserta bergerak bebas mengitari ruangan. Pembimbing memerintahkan untuk
saling berjabat tangan dengan setiap orang yang ditemui (berpapasan). Satu
pemain berpapasan dengan yang lain, kemudian saling berjabat tangan, terus
berjalan lagi, demikian seterusnya.
Kemudian pembimbing memberikan panduan agar para pemain berjabat tangan dengan
cara yang spesifik dengan berbagai kemungkinan.
Berjabat tangan dengan seorang sahabat yang sudah lama tak jumpa.
Berjabat tangan dengan orang yang dicurigai
Berjabat tangan dengan pejabat tinggi negara atau bos besar
Berjabat tangan dengan bekas pacar
Berjabat tangan dengan orang yang memegang rahasia pribadi kita
Berjabat tangan dengan orang yang dibenci
Berjabat tangan dengan orang yang mulutnya bau, dsb.
Saling Curiga
Latihan ini menuntut perserta untuk berperan, meskipun peran yang dimainkan
adalah diri sendiri. Setiap manusia pasti mempunyai rasa curiga dalam dirinya.
Rasa curiga inilah yang coba diperankan.
Latihan ini juga bisa dikembangkan dengan rasa mencintai, rasa membenci, rasa
mengasihani sesama. Proses latihannya sama dengan proses latihan saling curiga.
Latihan ini dimulai dari satu orang. Bayangkan seseorang mencurigai anda. Masuk
satu orang lain, dan saling mencurigai. Setiap orang menyembunyikan perasaan
tak percaya, gelisah, khawatir, dan curiga.
Masuk beberapa orang. Setiap orang saling mencurigai sesama yang terlibat dalam
latihan ini. Pertahankan bayangan akan kecurigaan ini. Biarkan perasaan dan
gerakan semakin menjadi-jadi, biarkan gerak terus berkembang.
Ekspresikan kecurigaan kepada sesama. Saling curiga tetapi tidak ada kontak
badan. Kecurigaan ini kemudian berkembang menjadi saling benci dan marah.
Kebencian dan kemarahan tidak hanya pada seseorang tetapi kepadaseluruh peserta
lain bahkan pada dirinya sendiri.